09 January 2009

JOCKIE SURYOPRAYOGO's Projects

Jockie Surjoprajogo, pria kelahiran 14 September 1954, adalah seorang musisi, pencipta lagu yang pernah tergabung dalam berbagai grup rock seperti Bigman Robinson, Double O,Giant Step, Contrapunk, dan Jaguar, meski pada akhirnya Jockie memang lebih dikenal khalayak ketika ikut bergabung dalam God Bless.

Kepiawaiannya bermain dalam ranah musik yang berbeda, dari rock, sedikit klasik, sedikit jazz, pop, hingga etnik, menjadikan Jockie bak air yang menembus ke ruang dan dimensi apa pun tanpa harus memupuskan jati dirinya. Dengan kata lain, Jockie mampu berbaur dalam genre musik apa pun tanpa menghilangkan karakternya dalam bermusik.

Di tahun 1977, sosok Jockie Soerjoprajogo berada di jalur musik pop. Saat itu Jockie menjadi arranger album Lomba Cipta Lagu Remaja yang diadakan Radio Prambors Rasisonia. Gebrakan Jockie yang menata aransemen lagu seperti Lilin Lilin Kecil (James F. Sundah) dianggap sebagai suntikan darah baru dalam industri musik pop yang saat tengah dilanda booming lagu-lagu pop dengan akord sederhana dan tema lirik yang cenderung cengeng dan mendayu-dayu. Di tahun yang sama Eros Djarot menggamit Jockie untuk menggarap album soundtrack film Badai Pasti Berlalu bersama dengan sederet nama lainnya seperti Chrisye, Berlian Hutauruk, Debby Nasution, Keenan Nasution, dan Fariz RM.

Album ini pun menjadi fenomenal terutama dari sisi tata musik yang menyajikan akor yang lebih luas serta penulisan lirik yang lebih puitis. Menariknya lagi di album ini fungsi instrumen keyboard menjadi dominan. Bunyi-bunyian keyboard ini memang terasa orkestral dan simfonik, sesuatu yang sering kita dengarkan pada repertoar grup seperti Genesis dan Yes.

Gaya aransemen musik seperti ini lalu berlanjut ketika Jockie Soerjoprajogo menggarap album-album solo Chrisye seperti Sabda Alam, Percik Pesona, Puspa Indah Taman Hati, Pantulan Cinta, Resesi, Metropolitan, dan Nona yang sering disebut orang sebagai pop kreatif.

Tahun 1984 merupakan saat terakhir kolaborasi Jockie dan Chrisye. Tetapi Jockie yang juga cukup produktif merilis sederet album solo, masih tetap bermain di wilayah pop dengan menggarap album-album dari berbagai penyanyi, mulai dari Dian Pramana Poetra, Keenan Nasution, Vonny Sumlang, Titi DJ, Andi Meriam Matalatta, dan masih banyak lainnya. (Sumber: wikipedia)


3 comments:

  1. Jockie memang piawai menyulap musik art rock bergaya Genesis dan Yes menjadi musik pop dengan sensasi yang manis, contohnya lagu-lagunya dia yang kalem di album solonya seperti "Selamat Jalan Kekasih" (yang kemudian dibawakan ulang oleh Chrisye di album Metropolitan, 1983), "Angin Malam" (album Selamat Jalan Kekasih, 1982), "Belenggu" (album Selamat Jalan Kakasih, 1982), "Percayalah Kasih" feat Iwan Fals-Rafika Duri-Vina P (album Penantian, 1985), "Situasi" (album Perjalanan, 1984), "Nenek Tercinta" (album Perjalanan, 1984), termasuk beberapa lagu yang musiknya digarapnya dengan penyanyi Chrisye, Harri Sabar, Iwan Fals, Nicky Astria, Mel Shandy, dll. Sayang, dia lebih banyak menjadi orang di balik layar sehingga namanya kurang gebyar. Padahal seharusnya dia mendapat penghargaan dewa kibor Indonesia legendaris...setuju?
    Satu hal yang menarik dari sosok Jockie adalah lagu-lagu yang dibawakannya di solo albumnya sendiri rata-rata kurang mengena dalam sisi komersial, sehingga dia bersama Eros Djarot lebih banyak mirip orang lagi ngedumel, mengejek, dan mentertawakan polah tingkah masyarakat kita, contoh lagu "La Mi Re Do" yang mentertawakan seorang penyanyi yang belum siap rekaman. Gaya yang ngedumel - sedikit berkelakar inilah yang memungkinkan dia pas bekerja sama dengan musisi yang sering nongkrong di rumah milyarder Setiawan Jodi dan kemudian meluncurkan proyek Kantata Takwa, Swami, dan Kantata Samsara di tahun 1990-an. Jockie pun turut menurunkan solo album yang berbau etnis - kritik sosial dengan menggelar proyek Suket di tahun 1993. Gaya musik etnis satu ini memang diluar rel karakter musiknya yang selama ini lebih banyak menjamah ranah prog rock. Ketika menggarap Suket, Jockie seperti tengah menggarap album solo Iwan Fals.
    Terakhir dia berkolaborasi dengan Presiden SBY dengan merilis album berjudul Evolusi. Satu hal yang patut diteladani dari sosok Jockie adalah orangnya suka mencari teman baru demi mewujudkan ide-ide musikal baru dalam kariernya. Jadi nggak mungkin Jockie akan tetap nongkrong dengan rekan-rekannya di Pegangsaan atau God Bless, tetapi dia akan mencari teman musisi lain mungkin generasi musisi saat ini. Ya siapa tahu, dia mungkin berkolaborasi dengan Dhani Ahmad, atau grup band Nidji.

    ReplyDelete
  2. hmmm.... bicara soal dewa kibor, kok saya lebih condong ke Ronny Harahap ya (setidaknya pada masa itu). sayangnya om yang satu ini sudah ga kedengeran lagi kiprahnya. Terakhir saya liat Ronny Harahap waktu jadi bintang tamu bareng Jockie di pagelaran Rockestra-nya Erwin Gutawa (kalo ga salah tahun 2005). Mungkin Mas Wahyu ada pernah mendengar kiprahnya Ronny Harahap saat ini?

    ReplyDelete
  3. Roni Harahap kini aktif sebagai pemain kibor nya Cockpit Band (Genesis Indonesia). Dia jadi Tony Banks sudah sejak saya duduk bangku SMP tahun 1985 an. Sebelumnya pemeran Tony Banks di Cockpit kerap gonta-ganti, padahal aslinya nggak boleh ganti...he he he he (seperti di Inggris sono). Yang ganti mestinya kalau nggak drummer, vokals, atau gitaris (menurut sejarah Genesis). Namun yang namanya sejarah band memang tidak bisa disamakan dengan panggung sandiwara atau sinetron. Nanti bukan main band malah main sinetron...ha ha ha ha. Pemain kibor Cockpit yang pertama (info dari Sys NS di acara Zona 80 Metro TV) adalah yang sekarang jadi komandannya Twilight Orchestra...Addie MS. Terus habis itu ganti dengan pemain kibor lainnya ada Deby Nasution, Jockie S, Abadi Soesman, Dodo Zakaria, Fariz RM, sampai pianis jazz Indra Lesmana(Indra dan kakaknya Mira Lesmana adalah fans berat Genesis dan Yes). Suatu ketika menjelang Freedy Tamaela wafat, Roni pernah absent dari Cockpit dan posisinya digantikan Harry Anggoman yang kemudian menjadi pemain kibor Gong 2000. Oh ya deretan pemain kibor yang saya sebutin di atas mungkin data nya ada yang salah looh...soalnya saya mengamati aksi panggung Cockpit via majalah atau koran di tahun 1980-an kerap gonta-ganti pemain kibor. Soal kabar Roni terakhir, saya memang kurang tahu. Tetapi terakhir saya ketemu dan ngobrol dengannya tahun 2001 di bulan Februari sehabis Cockpit menggelar show Genesis Nite di Hotel Graha Santika Semarang. Yang diobrolin bukan soal Genesis, tetapi soal Guruh Gipsy yang saat itu saya lagi nyari kasetnya. Saya juga mempertanyakan melodi reffrain lagu "Indonesia Mahardika" kok mirip melodi lagu "Picture At An Exhibition" karya Mussorgsky yang dibawakan Emerson Lake Palmer. Namun Roni justru menyanggah anggapan saya itu. Dia justru mengaku kalau intro lagu "Indonesia Mahardika" mengutip intro lagu "Just The Way I Like It" nya K C & The Sunshine. Terus bait lirik lagu Indonesia Mahardika huruf depannya dari atas ke bawah akan membentuk nama-nama para personel Guruh Gipsy. "Waktu itu saya dan teman-teman di Guruh Gipsy lagi nongkrong di rumah Guruh di Jalan Sriwijaya, Guruh tuh dari tadi bikin lagu pake piano nggak rampung-rampung, terus setelah saya dan teman-teman ikut nimbrung, jadilah lagu "Indonesia Mahardika"," kata Roni. Saya juga ketemu dan ngobrol dengan Odink Nasution, Raydi Noor, dan vokalsnya Ari Safriadi yang dulu dikenal sebagai vokals Cynomadeus. Kini Ari jadi vokals Baron Band (kini Baron Soulmate)dan sesekali membantu proyek pentas musiknya Indosat (saya pernah ketemu dengannya pas Radja menggelar konser akustik di samping Sri Ratu Pemuda Semarang, Mei 2008). Kebetulan saya wartawan hiburan, jadi bisa masuk kesana kemari.

    ReplyDelete

Jangan Lupa Kasih Komentarnya!!!